Suara hati seorang konstituen
Oleh Nicolas J. de Fretes
Perhelatan pesta rakyat 5 tahunan akan digelar pada tahun 2024 nanti. Masing-masing partai telah memasang para pejuang-pejuang mereka untuk merebut suara para pemilih. Koalis-koalisi sudah mulai terbentuk untuk menggalang suara demi mencapai tujuan bersama yakni memenangkan pemilu dengan suara terbanyak.
Rencana dan taktik kampanyepun mulai disusun. Wajah-wajah menghiasi seluruh jalanan kota demi memperkenalkan diri calon anggota legislative dan calon presiden. Tak hanya itu, para calon anggota legislative mulai melakukan kunjungan ke enclave konstituen mereka.
Peretemuan-pertemuan pun dilakukan bersama para konstituen mereka. Uangpun mulai berjalan memasuki kantong-kantong baju para konstituen bersama janji-janji – namun ada juga yang tak mau membuka kantong-kantong bajunya ketika uang-uang itu berjalan – yang terucap dari mulut sang calon anggota legilatif sebagai pemanis bibir. Hal yang sering terjadi adalah ketika mereka berhasil meraih suara sebagai anggota legislative, janji-janji mereka itu mulai dilupakan karena uang-uang yang telah berjalan memasuki kantong-kantong para konstituen itu. Ini jelaslah sebuah pembodohan konstituten sehingga hak-hak mereka tidak lagi diadvokasi oleh orang-orang yang telah mereka pilih.
Konstituen bukanlah vote getter atau pengambil/pengumpul/pendulang suara bagi para calon anggota legislative. Mereka adalah penentu perubahan bagi negara ini, mereka adalah decision maker yang turut mempengaruhi arah perubahan di negara ini lewat suara-suara mereka yang direpresensasikan oleh para wakil mereka di parlemen.
Pendidikan politik yang baik dan merata mesti dilakukan oleh para pemangku kepentingan termasuk pula partai politik yang mewakili suara-suara konstituen di parlemen, agar konstituen paham betul soal politik dan hak-hak politiknya sehingga mereka tidak lagi berperan selaku vote getter Ketika pesta-pesta rakyat 5 tahunan itu diadakan namun mereka akan menjadi decision maker dengan memilih para wakil mereka yang punya hati untuk sama-sama berjuang demi menghadirkan hari esok yang lebih baik ke depannya.
Politik adalah ladang untuk mengabdi, namun terkadang orang-orang yang bekerja pada ladang itu yang mengotorinya dengan argument-argumen dan tindakan-tindakan koruptif.
Salam damai dari timur.
Komentar Terbaru