KITA ADALAH SAUDARA

Lahir dari sebuah pergolakan akan kesewenangan para penjajah. Melewati lintasan ruang dan waktu perjuangan yang mengorbankan jiwa, raga dan harta demi sebuah kemerdekaan. Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung, Lawamena Haulala bersatu dibawah naungan Bhineka Tunggal Ika turut mengikat para pejuang dari Sabang sampai Merauke, dari Myangas sampai Rote berbalut Sang Dwi Warna symbol keberanian dan kesucian.

17 Agustus 1945, di Pegangsaan Timur Nomor 56 pekikan “Merdeka” di dengungkan oleh Putra-Putri terbaik bangsa ini. Berdirilah bangsaku, berdirilah negaraku Indonesia tercinta. Dari Sabang sampai Merauke, dari Myangas sampai Rote dibaluti Bhineka Tunggal Ika dilindungi kepakan sayap burung garuda dan kibaran Sang Dwiwarna, bergerak maju mematahkan tembok-tembok arogansi penjajah dan pemberontak yang masih ingin menanamkan kuasa di persada tercinta.

Kini, 79 tahun sudah Merah Putih berkibar di bumi persada. Perjuangan pun masih dan terus dilakukan. Perjuangan akan ketidakadilan, perjuangan akan perampasan-perampasan hak orang.

Ombak dan gelombang pun datang menerpa biduk pertiwi ini silih berganti, saling amuk disana sini, saling hujat, saling bunuh terus dan kerap mewarnai dan menodai kibaran sang saka merah putih.

Wahai saudaraku se-Tanah Air,

Wahai saudaraku dari Sabang sampai Merauke

Dari Myangas sampai Rote, kita adalah saudara dari Rahim ibu pertiwi, sama-sama ditempa gelombang, sama-sama dibesarkan oleh zaman. Kita berdiri pada tanah satu, kita berjanji pada air yang satu Tanah Air Indonesia, lalu mengapa harus terpecah ?, mengapa pertiwi harus bercucuran air matanya?. Mengapa Pertiwi mesti terluka? Mengapa kita mesti berjuang menghadapi bangsa sendiri? Mengapa? Mengapa? Mengapa?

Wahai saudaraku, jangan biarkan itu terjadi. Jangan biarkan pertiwi menangis. Dulu kita bisa bersama, saling pecaya, yakin dalam melangkah melewati badai sejarah di persada ini.

Kita berdiri pada tanah satu, kita berjanji pada air yang satu Tanah Air Indonesia. Karena darah yang sama, karena tulang yang sama…janganlah kita berpencar. Pengikat kita adalah Sumpah Pemuda, Selimut kita adalah Bhineka Tunggal Ika, pelindung kita adalah kepakan sayap burung garuda dan panutan kita adalah Kibaran Sang Dwiwarna. Singsingkan lengan baju. Bersatu padu memajukan pertiwi. Perbedaan-perbedaan adat dan budaya kita janganlah menjadi pemecah namun jadikanlah itu sebagai jembatan multiwarna untuk Indonesia yang lebih baik. RAWE-RAWE RANTAS MALANG-MALANG PUTUNG, LAWAMENA HAULALA. JAYALAH INDONESIAKU. MERDEKA…..MERDEKA….MERDEKA